Postingan

Apa karena aku Terlambat Menyadari

 Katanyaa.. Semakin Tinggi batang maka akan semakin kencang anginnya Dan semakin kuat pula hantaman nya. Namun sayang nya, aku seperti baru menyadarinya sekarang. Dan yang lebih naif lagi Aku tidak tau apakah aku semakin meninggi atau memang masih didasarnya yang tak berani untuk tumbuh. sehingga aku sangat sulit untuk menentukan sikap apa yang tepat untuk ku. Katanyaa.. tidak ada doa yang tak di kabulkan Allah. bahkan Ketika doa itu tidak dikabulkan saat ini, maka doa itu akan trus ditambah hingga Allah Memperlihatkan Pengabulan doa kita. sehingga kita akan menuainya dalam keadaan yang berlipat-lipat Seketika aku senang bisa mengetahui hal ini, namun beberapa detik selanjutnya, aku takut jika nantik aku terlalu rakus dengan doa ku sendiri, higga aku malampau diriku. aku takut Allah murka karena kurangnya rasa Syukurku. dan aku terus menuntut pengabulan doa ku yang mesti berlipat-lipat itu. Kadang akupun berfikir, Seperti itukah manusia?

Ternyata Air Mata Bisa saja Tumpah tanpa Disengaja

Kali ini aku hanya menahan luka dan tumpahan air mata yang entah kapan bisa ku keluarkan semuanya. jujur saja aku tidak bisa menahan pahitnya belenggu inginku yang setiap detikan jarum jam menambah semua tekanan keraguan dan ketakutan akan apa yang terjadi dengan kita. Mungkin kata-kata ku adalah buih yang mudah sekali berterbaran namun susah untuk ku pertanggungjawabkan. Keras sekali aku katakan bahwa aku muak dengan ini, sehingga dengan latangnya aku katakan, ayok selesaikan semua ini. Ini bukanlah upayaku untuk menunjukkan sisi gelap yang mesti kita lalui, tapi ini adalah bentuk wujud ketakutanku atas kehilanganmu. aku tak mampu membendungnya, dan akhirnya tetap saja akulah orang yang paling menyedihkan yang tetap terus larut dalam kata-kata ku sendiri. Maafkanlah, andai engkau tau betapa tersiksanya aku setelah itu, apakah kau sanggup untuk tetap membenci ku? Dan sekarang aku sadar bahwa pada akhirnya tetap aku yang terluka atau bahkan hanya aku saja yang tersiksa sejak awal.

Keyakinan di atas Keraguan, ada?

bahkan dalam sehari kamu bisa menahan dua sesak yang berbeda. kamu ingin menangis namun kamu tidak boleh mengeluarkan air mata. kamu ingin mengamuk dan meneriaki semua yang terjadi bertubi-tubi ini. namun kamu tetap dipaksa untuk terlihat elegan dan tenang dengan segala kondisi. padahal, bagaimana bisa hujan tidak mempengaruhi terangnya hari, bagaimana bisa panas tidak mempengaruhi suasananya. tidak ada orang yang mampu dan kuat dengan segala hal yang dilontarkan padanya tanpa mempertimbangkan banyak hal. setiap apa yang di dapatkan, akan menghadapi resiko nya masing-masing   kita berfikir. bukankah aku sudah menahan banyak hal? bagaimana bisa orang tanpa rasa bersalah dengan terang-terangan bertanya tentang hal yang tidak biasa kamu lakukan. bukankah itu suatu keraguan yang tidak ada sedikitpun keyakinan di dalamnya.   kadang aku berfikir, bukankah segala keputusan akan kita pertimbangkan minimal 5 resiko terbesar yang akan kita tuai, lalu mengapa kita tetap berjalan beriring...

Begini kah jalannya..

Perlahan langkah itu mengokoh ya,  kadang kita suka lupa, bahwa langkah itu melemah bukan karena pijakannya yang tak kuat, melainkan arah dan tujuannya yang salah.  namun berkat dari segala kesabaran dan berserah kepda Allah, maka perlahan namun pasti semua akan kembali pada jalannya. jika dulu kita sering kali menangis merenungi semak belukar yang kita tempuh, tapi hari demi hari hingga berganti bulan dan beralih tahun ke tahun, kita mulai paham dan menerimanya dengan senyum yang mekar bak musim semi.  Perkara lelahnya hati adalah perkara rentannya air mata. Perkara lelahnya batin adalah perkara melemahnya iman. kita mengeluh namun lupa mengadu kita menuntut namun lupa bersyukur Padahal kebahagian seorang muslim tidak boleh di harga serendah itu. tuntutan bahagia kita tidak hanya dunia, namun Dunia dan Akhirat kita. Mulai hari ini, kita mesti melebarkan syukur yang tiada tandinganya. rasa syukur yang membawa ridho Allah, dan menuntun dalam keberkahan hidup tiada tara.

Hai, Apa Kabar?

Gambar
Hai... Dihari ketiga ini, mengisahkan banyak sekali pelajaran yaa, Rasa haus sangat menyesakkankah? Atau bunyi perut yang membuat goyah? Atau bahkan ada fokus lain yang menjadi prioritas? Gimana? Udah mulai mencintai belum? Aku sendiri mulai sedikit memahami ternyata senyaman ini ya. Ini ya yang dirasakan para wanita dan pria shalih diluar sana. Kita yang masih jatuh bangun saja merasakan kedekatan yang begitu nyaman dari yang sebelumnya. Gimna dengan mereka yang telah memegang kata "istiqomah"? Lantas saja para ustadz yang sering muncul di fyp kita bilang kalo kebahagian terbesar dalam hidup bukanlah memiliki apa saja yang kita inginkan, melaikan ketenangan dan kebahagian yang di Rahmati Allah lah yang membuat kita begitu menikmati setiap detik hembusan nafas kita. Waaah... Sekarang terasa berarti yaa. Wajar saja orang beriman itu disebut sebagai yang tidak pernah merugi karena, jika diberi nikmat ia bersykur, jika diberi ujian ia bersabar.   Harapannya sih semoga ini meleka...

Benar Saja, Semua tak Semudah itu

Gambar
Tap..tap... Tertatih langkah kaki menyusuri riak pikiran dan harapan yang baru tersusun menjadi semua rencana. Sesegera mungkin akan disusun menjadi target yang ingin dicapai. Benar saja ketakutan awalnya adalah tentang menjalankannya, benar-benar tidak melenceng dari ketakutan awal ketika menyusunnya. Tapi siapa yaang mampu mengira bahwa kali ini kita berupaya dalam menjalankannya. Siapa sangka bahwa sekarang kita jatuh bangun dalam mewujudkannya. Tak peduli penuh atau tidaknya list targetan dengan ceklis-ceklis yang menandakan kita telah mengerjakannya. yang terpenting adalah kita mengupaykannya.  Kita saja tak mengira bahwa kesibukan kita hari ini adalah kesibukan  yang mencoba selalu mendekatkan diri kepada Allah. Kita ingin merasakan nyamanya berada dalam dekapan cinta Allah. Kita ingin merasakan jiwa-jiwa yang tenang dan tunduk dalam ridho Allah. Kita selalu berupaya mengingat Allah, kita selalu mengosongkan tempat khusus agar Allah selalu ada dalam hati dan ingatan kita...

Hati, Maafkan

Gambar
 Teruntuk Hati, Maafkan Aku yang memiliki kekuatan yang lemah membuatmu mesti berkecamuk dengan ingin dan realita. Aku yang tidak memiliki keterampilan yang apik dalam menangkis banyaknya gangguan yang datang, membuatmu mesti menahan segala konsekuensinya. Sadar akan lalainya diri dengan segala macam harapan yang menggema di dalam kepala saja. Membuatmu tak mampu mengepakkan sayap untuk mewujudkannya. Masih terfokus dengan banyaknya macam pikiran yang muncul di kepala, membawamu terlena untuk melupakan yang jelas di depan mata. Lihatlah, kali ini apa yang sudah kita susun untuk menyambut rahmat Allah ini? Padahal sudah jelas yang di depan mata adalah ia "Ramadhan Kareem". Apakah kali ini kita sama-sama hilang rasa, hingga tak terasa bau syurga-Nya. Tidakkah segundah itu hingga kita bisa membiarkan ia datang dengan begitu saja? Iyaa, pikiran mu selalu menyangga bahwa ini baru mulanya bukan? masih ada 29 hari lagi untuk mengoptimalkanya. Bukankah engkau hati tetap berkata, Jami...

Ternyata Kuncinya adalah Syukur

      Tiap-tiap kita memiliki cerita yang beragam, mengisi dengan indah setiap sudut kenangan yang masih memiliki tempat. Seakan-akan tak mendapatkan izin untuk dibiarkan kosong. Mematung, mengingat kenangan dari sandaran di tepi ujung pintu.     Setelah ditelik kembali ke belakang, kita kerap bertanya, mengapa ini tak menemui ujungnya, bahkan jeda nya saja entah kapan ?       Sadar atau tidak, ternyata ini tetang melatih kesabaran dan ke ikhlasan kita. Bisa jadi ini adalah pengabulan doa yang pernah kita lontarkan.     Sebagai seorang muslim maka berdoa tidak memiliki sisi rugi sedikitpun, Allah akan kabulkan. Namun masalah ketetepan seperti apa pengabulannya  tentu itu adalah hak Allah seutuhnya, itulah sebabnya kita tidak boleh memisahkan ikhtiar dengan tawakkal. Dilain sisi, jika dalam masa hidup kita, ada doa yang kita panjatkan belum dikabulkan Allah, maka itu akan menjadi pahala di kehidupan yang sesungguh...

Benarkah ini yang Namanya Cinta?

Gambar
          Untuk seusia kita, tidak akan ada habisnya bicara tentang cinta,  entah itu cinta tentang keluarga, cinta dengan sahabat sebaya,  dan dengan cinta segala hal yang kita tanamkan dalam hati kita. Padahal cinta Allah dan Rasulnya jauh lebih mendalam untuk kita.           Tapi sedikit sekali waktu yang kita punya,  kita gunakan untuk mencurahkan cinta kita kepada Allah dan Rasulnya. Padahal cinta itulah yang paling pasti.            Kita masih saja mencari alasan untuk menunda dzikir kepada Allah  dan kita sengaja mengulur-ngulur waktu untuk bershalawat kepada rasulullah. Kurang lalai apa kita terhadap cinta sesungguhnya? Kita sanggup menghabiskan waktu untuk membayangkan moment bahagia, yang entah akan terwujud atau tidak,  namun kita sering sekali hanyut dalam lamunan tersebut.          K ita kerap sekali merindu dengan hal-hal yang be...

Kamu akan Menjadi Sekuat Baja untuk Menangkisnya

Gambar
Mengalami hari yang cukup berat berturut-turut membuat kita tak bisa menghadapi hari berikutnya dengan baik. Jika bukan kita maka katakan saja aku. Katakan pada diri bahwa memang aku sedang tidak baik-baik saja. Kata-kata mereka memang pedih, yang diucapkan dengan sesuka hati dapat menyisakan luka yang cukup untuk. menghantui dalam sendiri, dan mengganggu dalam tidur. Bak umpama mimpi buruk yang sudah rutin menghampiri. Sungguh tidak nyaman bukan, ia bagaikan belenggu yang tumbuh dengan angkuh tanpa sadar akan posisinya sebagai penumpang yang di tumpangi. Belenggu ini terus tumbuh dengan tawa yang ia nikmati atas penderitaan inangnya.    Kurang kejam apa coba, hingga harinya ia penuhi denga tawa atas kesakitan yang ia buat dan ia saksikan sendiri, namun mematikan luka yang begitu dalam. Ketika menghadapkan diri ke cermin, kita hampir saja terkejut begitu dalam saat menyaksikan diri kita, dan seolah-olah bertanya. Apa yang sudah terjadi wahai diri, mengapa engkau seringkih ini?...