Nikmat Dalam Bentuk Seorang Sahabat


 
Jingga senja terlihat jelas menghiasi bola mata kita.
hanyut dalam indahnya ciptaan tuhan.
Memancarkan senyum indah,
Berbungkus  ketulusan
 
Hanya dimata mu.

Menyisakan tanya!
Luka kemarin, kemana kau simpan
Aku mencoba membaca
Mengerahkan semua dugaan ku agar dapat menerka,
Namun, kamu masih dengan senyum yang sama.
 
Aku merasa terlalu sempit jika berbanding dengan mu
Keluh ku seharusnya belajar dari mu,
Syukur ku sangat malu bila tau tentang mu.
 
Sekarang, tanpa sadar kau mengajarkan ku pentingnya terlihat baik di depan dunia,
Senyum kita tidak boleh pudar,
Masalah meminta kita untuk menyisingkan lengan, menyalakan tanda siaga
Mengumpulkan kekuatan dan membusungkan niat
Untuk menyelesaikannya.

Masalah tidak meminta kita untuk terlihat lemah, 
Masalah tidak meminta kita untuk mengeluh
Dan Sang Kuasa juga tidak menginginkan kita terlihat tidak bertenaga

Siapa sangka dua keluh yang berbeda mampu saling duduk menikmati senja
Siapa sangka  dari luar kita terlihat tak jauh berbeda.
 
Kenyataan nya, tak sejengkal pun kesabaran ku dapat menyamai mu
Realitanya,  keteguhan ku tak se kokoh itu
Ahh aku terlalu letih dengan segala penat ku
Sedangkan kamu masih dengan sabar menikmati senyum mu.
 
 Jika malam mu selalu kau isi dengan mendekatkan diri pada Pencipta mu,
Kenankan sedikit mohon untukku
Pintalah  kelapangan untuk pekiran dan dada ku.
 
Kamu mungkin salah satu orang hebat yang Allah hadirkan untukku
Sebuah karunia  berbungkus nikmat dalam bentuk seorang sahabat.
Agar caraku memandang takdir bukan keluh.
 
Mungkin ini para ulama kita sering mengatakan
Bahwa memiliki seorang sahabat yang baik hubungannya dengan Penciptanya adalah salah satu hal terbesar yang harus selalu kita jaga. 

Contohnya saja saat ini, dengan senyum, kamu mengajarkan ku nilai kehidupan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hai, Apa Kabar?

Ternyata Kuncinya adalah Syukur

Kamu akan Menjadi Sekuat Baja untuk Menangkisnya