Ia Tak Sekuat itu..
Tap. . . Tap. . . Taps
Sengajakah dirimu mengetuknya? Haruskah meja itu yang mewakili tatapan tajammu?
Kenapa mesti dijelaskan, tidak bisakah dirimu melihat dari sorot mataku saja? Apa semua mesti dijelaskan dengan kata-kata?
Ini bukan kali pertama, aku tidak mampu jika harus menjelaskan nya setiap waktu?
Aku tidak sekuat itu. . . Langkahku tak selalu kokoh, dan tegakku tak selalu kuat. Argumenku kala itu tak selamanya mewakili hari-hariku.
Salahkah jika kali ini aku mesti sedikit menghela nafas? Jika tidak, mengapa kalian tak bisa menerimanya? Mengapa seolah-olah akulah yang paling salah tentang ini.
Izinkan kali ini, aku membiarkan air mataku jatuh dengan aman. Tak mesti merasa cemas jika ada yang melihatnya. Tak mesti pergi jika ada yang mengetahuinya.
Berikan ruang untukku merenunginya, dimanakah salahnya? Apakah pada diriku, atau tidak. Izinkan aku untuk mencoba menerimanya.
Bukan menghakimiku, tapi pahami kondisi ini.
Jika kali ini aku menyeka air mata di depan mu, itu pertanda kita bukan orang asing lagi.
Pahamilah. . . kata sahabat yang beredar luas di sekitar kita. Kali saja itu mampu membuat kita sama-sama paham. Bahwa kita tak sekuat itu.
Dan ketika lemah, kita juga memahami bahwa tempat terbaik berkeluh kesah adalah Allah ta'ala. Karena Tak selalu bercerita dengan mu bukan berarti menandakan semua baik-baik saja.
To be continue . . .
Izinkan aku mendapatkan kata 'gapapa' disaat keadaan mungkin sungguh tidak baik baik saja.
BalasHapusUuuchh, bisa ajaa ni mbak²
BalasHapusTaps taps, paket..... Siap
BalasHapusHemm
Hapus